Mistis
yang Membawa Romantisme
Aroma
mistis begitu terasa ketika saya memasuki pelataran dari Benteng Pendem yang
dibuat pada medio 1879, Benteng Pendem rampung
dibangun oleh pemerintahan Belanda. Saat itu, bangunan megah ini dinamakan
Kusbatterij op de Landtong te Tjilatjap. Bila diartikan ke dalam bahasa
Indonesia, artinya kurang lebih, “Benteng yang ada di atas tanah dan menjorok
ke laut menyerupai lidah.“
Setelah membayar tiket masuk sebesar Rp. 8.000, perorang,
petugas mempersilahkan saya masuk dan tak beberapa lama seorang pemandu menghampiri
saya serta memperkenalkan diri bernama Aris untuk mengelilingi benteng ini. “
Di benteng ini memang sangat mistis, sering terjadi penampakan arwah-arwah masa
lampau tetapi tidak menyurutkan pasangan muda-mudi untuk berpacaran di daerah
areal ini,” ujar Aris, dari tutur katanya yang berlogat Bahasa jawa ‘ngapak’
sepertinya pemandu ini mencoba menghadirkan suasana lebih mistis walaupun saya
tidak sedang beruji nyali di benteng ini.
Benteng Pendem selesai dibangun pada 1880. Saat itu benteng dilengkapi dengan 6 meriam besar ukuran 24 cm, 16 meriam perunggu ukuran 12 cm, 14 meriam kecil ukuran 8 cm, dan 4 mortar ukuran 29 cm. Peralatan tempur itu menempatkan Benteng Pendem sebagai benteng dengan peralatan tempur berat paling modern di Indonesia waktu itu. Intensitas penggunaan benteng sangat tinggi pada periode 1880-1890. Kemudian mulai meredup setelah 1890 sampai pecahnya Perang Dunia II.
Pada saat masuknya tentara Jepang ke Indonesia, Benteng Pendem dijadikan markas tentara Jepang. Namun pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang kalah perang dengan pihak sekutu, Benteng Pendem Cilacap kembali ke tangan tentara Hindia Belanda sampai dengan tahun 1950.
Selama 2 tahun sampai dengan tahun 1952 Benteng dalam keadaan kosong dan tidak ada yang menempati, baru pada tahun 1952 akhir sampai dengan 1965 di jadikan markas Tentara Nasional Indonesia antara lain Pasukan Banteng Loreng. Dalam perjalanan sejarah, Benteng Pendem sempat di manfaatkan untuk markas latihan lintas hutan, gunung, rawa dan laut oleh Pasukan RPKAD (KOPASSUS) yang membangun Tugu Monumen Peluru 2 buah sebagai pintu utama masuk kedalam Komplek Benteng Pendem pada saat itu.
Mulai tahun 1965 – 1986 lokasi Benteng termakan waktu bergelut dengan cuaca serta musim tak terusik, sampai Pemerintah melaksanakan Pembangunan Dermaga kapal, kantor dan tangki minyak untuk Pertamina dengan sebutan Area 70 memanfaatkan sebagian areal Benteng Pendem seluas 4 ha.
Setelah puas menelusuri benteng ini selama
kurang-lebih dua jam, akhirnya saya dan kawan-kawan beristirahat di Pantai
Teluk Penyu yang letaknya berhadapan dengan Benteng Pendem sambil menyusun
perjalanan ketempat berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar